Jumat, 04 April 2008

BEM Universitas Muhammadiyah Malang


TRI KONSOLIDASI BEM UMM1
”Penguatan Visi Kepeloporan Sosial Mahasiswa”

Oleh:Rahmat Abd Fatah

Jika kami bunga
engkau adalah tembok itu
telah kami sebar biji-biji
suatu saat
kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan: engkau akan hjancur
(Wiji Tukul: Tembok dan bunga)

Genealogi gerakan mahasiswa tidak bisa disangkal lagi. Sebagai agen perubahan, mahasiswa telah menoreh tinta emas dalam pusaran kebangsaan. Bahkan sampai dianalogikan oleh Arief budiman sebagai Kowboy yaitu entitas manusia yang turun ke jalan dan tanpa pamrih menggugah kesadaran-kesadaran rakyat.

Sebagai entitas perubah ciri mahasiswa sesungguhnya adalah RUSAK (radikal, universal, sistematis, analitis dan kritis) kesadaran tersebut kemudian tidak berhenti pada ruang-ruang kosong yang hampa namun membumi dan atau berada pada ruang dan dimensi apa saja dan tetap teguh pendiriannya (istiqamah dalam perjuangan).

Memang disadari bersama gerakan mahasiswa bukan tanpa rintangan, namun tetap sesekali berada dipersimpangan jalan dan bahkan kini mulai redup. Sebuah gerakan struktural yang pernah dengan terang-terangan mematikan gerakan mahassiswa adalah diberlakukannya NKK dan BKK oleh pemerintah Tetapi kemudian ruang kebebasan itu terbuka paska runtuhnya rezim otoritarianisme. Namun tidak disangka ruang kebebasan itu memunculkan penjajah baru yang lebih kejam yaitu (neo) imprealisme, (neo) kapitalisme dan liberalisme yang memunculkan indifidualisme dan budaya instan dilingkungan akademik yang tentunya membuat kita berpikir ulang untuk mencari alternatif dan strategi perubahan itu.

Oleh karena itu Sebagai mahasiswa disebuah perguruan tinggi yang bercirikan islam. Tentu saja konsepsi gerakan yang melatari tidak sekedar berwacana, konsepsi yang dibangun adalah konsepsi pembebasan, atau lebih tepat meminjam Farid Esack adalah teologi liberatif terhadap kaum tertindas. Sehingga islam (Allah dan Rasul) benar-benar menjadi pointer penting dalam proses transformasi sosial.

Gerakan mahasiswa hendaknya berangkat dari khitah perjuangannya sebagai minoritas kreatif berciri RUSAK (radikal, universal, sistematis, analitis dan kriis) yang memiliki pemahaman utuh dan menyeluruh tentang realitas yang diperjuangkannya. Sehingga konsepsi ini meniscayakan mahasiswa menggugah niat untuk terlibat mengenal, merasa dan turut dalam proses substansi manifestasi nilai-nilai kemanusiaan yang liberatif emansipatif itu menjadi fakta sosial yang mebebaskan.

Kerangka gerakan diatas meniscayakan Badan eksekutif Mahasiswa (BEM) UMM untuk concern pada basis pemberdayaan atau lebih tegas lagi kembali kepada khitah perjuangan mahasiswa. Namun satu hal yang tetap menjadi catatan adalah posisi badan Ekesekutif Mahasiswa (BEM) yang berada ditengah multi orientasi dan multi kepentingan. Dan bahkan dianolgkan sebagai state miniature yang tentunya memiliki struktur diatas maupun dibawahnya sebaga satu kesatuan sistem. Oleh karena itu BEM kedepan tetap dan harus mengakomodasi seluruh kepentingan itu dengan seobjektif mungkin.

Dengan melatari hal dimaksud maka ada TIGA PROGRAM DAN KEBIJAKAN STRATEGIS atau tri konsolidasi yang segera dilakukan oleh BEMU periode 2007-2008 yaitu :

Konsolidasi Struktural
Konsolidasi Intelektual dan
Konsolidasi Gerakan

KONSOLIDASI STRUKTURAL

Badan eksekutif mahasiswa merupakan satu dari bagian sistem struktur perguruan tinggi yang diberikan peran untuk melakukan proses rekayasa intelektual, rekayasa gerakan, rekayasa kreatifitas bahkan rekayasa batin kepada seluruh masyarakat mahasiswa dalam rangka untuk menggapai cita-cita universitas sebagai sistem makro. Dilain hal seringkali Badan eksekutif mahasiswa dianalogikan sebagai state miniatur yang diperkecil dengan kondisinya sebagai organisasi mahasiswa dalam wilayah perguruan tinggi. Dengan demikian maka tentunya Badan eksekutif mahasiswa sudah selayaknya melakukan konsolidasi struktural dengan mengaplikasikan sistem state administration.

Sistem state administratioin sendiri dalam kontek demokrasi modern telah berubah tidak berisi cetusan pikiran atau pendapat oleh pejabat saja namun, opini publik (publik opinion) harus diakomodasikan dalam kebijaksanaanya dan setiap kebijaksanaan haruslah berorientasi pada kepentingan publik (publik interest) bahkan Georg Frederic Goerl (Dalam Irfan Islamy ``Prinsip-prinsip perumusan kebijaksanaan negara hal-10-11) menekankan harus adanya pendidikan politik bagi administrator agar mereka menjadi publik-spirited citizen yaitu selalu peka dan senantiasa berorientasi pada kepentingan publik.

Dalam kontek konsolidasi struktural GF Goerl memberikan tiga hal sebagai tugas yang harus dilakukan yang dalam kontek BEM (badan eksekutif mahasiswa) bisa dirumuskan sebagai berikut :

-Sebagai birokrat BEM harus memiliki karakter pelaksana kebijakan dan bisa mengakomodasi berbagai sub sistem yang berada dibawahnya dengan selalu melakukan kerjasama atas dasar profesionalisme.
-sebagai pemain (aktivis) atau corong politik BEM bekerja untuk kepentingan publik mahasiswa atas dasar nilai-nilai kemanusiaan dan selalu mempertahankan kepentingan publik dan institusi serta dalam memainkan peran politiknya ia selalu disemangati dengan kepentingan publik
-sebagai profesional ia memilki kemampuan teknis sebagai spesialis dalam menjalankan tugas-tugasnya dan selalu berorientasi pada pemberian pelayanan yang baik sebagai fungsi pelaksana. Selain itu dengan profesionalismenya BEM bukanlah milik satu golongan namun milik semua entitas mahasiswa.

Adapun pendekatan kebijakan strategis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Merencanakan, menyusun, membuat, yang selanjutnya merekomendasikan peraturan pokok tentang Lembaga Intra dalam bentuk Konstitusi Lembaga Intra.
3. Menyelenggarakan program dan aktivitas untuk memupuk soliditas dan kebersamaan antar lembaga intra, dan lembaga kemahasiswaan lainnya dalam hal posisi dan pelaksanaan peran organisasi pengembangan kemahasiswaan di UMM.
4. Responsibiliti terhadap berbagai kebijakan kampus yang memang tidak mampu merepresentasikan kepentingan mahasiswa

KONSOLIDASI INTELEKTUAL

Istilah Intelektual pertamakali muncul sebagai akibat kontroversi yang mengguncang prancis pada akhir abad-19. term tersebut digunakan oleh orang kanan yang ditujukan untuk pemikir prancis yang memimpin kubu anti pengadilan Dreyfus pada tahun 1896. dengan demikian intelektual seringkali dipadankan dengan pribadi yang mampu memproduk ide dan yang memiliki Conciusnies untuk melakukan perubahan dimasyarakat.

Oleh karena itu konsolidasi intelektual harus selalu berbanding lurus dengan konsolidasi gerakan dan begitupun sebaliknya. Meminjam Antonio Gramsci dalam bukunya ”Selections from prison Notebooks” bahwa semua manusia adalah intelektual, tetapi tidak semua masyarakat memiliki fungsi intelektual itu. Antonio membagi intelektual menjadi dua yaitu pertama, intelektual tradisional (mekanik) yaitu ada pada mereka yang memiliki kesadaran untuk terus melakukan perubahan dimana berjalan secara simultan dari generasi kegenerasi berikutnya. Mereka yang kerena ideologi, agama dan monopoli menyebar ide dan memediator antara masa rakyat dengan kelas diatasnya.

Dengan demikian intelektual sebagai hal sakral dalam masyarakat kampus hendaknya selalu hidup dan mewarnai setiap aktifitas keseharian mahasiswanya. Intelektual pada kontek ini adalah berproses untuk menjadi ”Centre Of Excellent” pusat-pusat unggulan terutama sisi intelektual dan gerakan. melalui wadah inipula diharapkan muncul ide-ide segar pembaharuan. Sebagai kelompok intelektual, selalu berpikir universal tidak sempit dan tersekat oleh kotak-kotak ekslusivisme. Produk-produk pikirannya tidak bernuansan kelompok dan harus bisa menjadi rahmat bagi semua masyarakat kampus.

Disisi lain perguruan tinggi tidak saja terdiri dari komunitas mahasiswa, dosesn dan instrumen administrasi saja namun lebih dari itu sebagai misinya perguruan tinggi merupakan sumber atau arena bagi ilmu pengetahuan yang kemudian bisa mengkonstruksi pola pikir dan pola tindak manusia yang berada didalamnya. Satu kata wajib yang sering kali kita dengar dalam dunia perguruan tinggi adalah kata kata akademik, masyarakat akademik dan seterusnya. Suatu kata dimana didalamnya terjadi proses dialektika knouledge.

Dengan demikian pengembangan wacana keilmuan menjadi wajib dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan segenap instrumen sistem yang berada didalamnya tidak terkecuali BEM (badan ekesekutif Mahasiswa) UMM yang merupaka sub sistem dari sistem besar yakni perguruan tinggi untuk terus komitmen dalam wacana keilmuan sebagai wujud tradisi perguruan tinggi yakni budaya akademik.

Kebijakan Strategis Intelektual

-menyelenggarakan kegiatan yang berbasis keilmuan dengan mengembangkan kesadaran atau budaya ilmiah, mendorong Mahasiswa untuk melakukan riset, dan menumbuhkan kemampuan rasionalitas dan logis
-Menyelenggarakan kegiatan yang beriorientasi pada peta pemikiran dan atau perubahan dialektika sehingga mampu memahami diskursus intelektual yang ada dan bahkan yang akan terjadi

KONSOLIDASI GERAKAN

Konsepsi gerakan mahasiswa indonesia tidak bisa dinafikan berangkat dari landasan sosiohistoris yang telah merealita. Dimana mahasiswa mampu menorehkan tinta emas dalam setiap pusaran kebangsaan. Namun kemudian seiring dengan pusaran kebangsaan itu, pusaran global tidak bisa terlepas dengannya ia berjalan ditengah telaga kebangsaan dan sesekali berupaya mencabut akar serabut kebangsaan itu dengan berbagai kecanggihannya. Sehingga tak jarang mahasiswa dalam proses transformasi kesadaran maupun transformasi sosial mengalami hambatan yang sangat akut.

Dengan melihat kondisi seperti diatas maka tentunya gerakan mahasiswa harus diformat kembali disesuaikan dengan realitas kehidupan saat ini, gerakan mahasiswa sudah saatnya melakukan upaya-upaya rekayasa kesadaran, menumbuhkan semangat idealisme untuk menumbuhkan kepekaan sosial sekaligus secara bersama merebut perubahan.

Proses perubahan tidak akan pernah terjadi jika gerakan yang dibangun tersekat oleh ruang eklusifisme dan tidak membumi, gerakan mahasiswa kini harus dikonstruksikan sepopulis mungkin menyentuh kebutuhan basic rakyat. Karena bagaimanapun kita harus jujur bahwa gerakan mahasiswa yang dilakukan paskah era reformasi mendapat jalan buntuh. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Apalagi melihat gerakan aksi jalan yang dilakukan saat ini cenderung sesaat dan tidak memiliki visi yang jelas.

Ketidak jelasan visi gerakan bisa dilihat dari materi aksi yang disampaikan dimedia. Sesekali dan selalu saja materi aksi tidak pernah disampaikan atau bahkan tidak diliput oleh media namun yang kita lihat dilayar kaca adalah kondisi Chaos dan konflik lainnya. Disisi lain sasaran aksi hanya ditujukan untuk kampanye tanpa ada proses pengawasan dan keberlanjutannya. Oleh karena itu kiranya gerakan mahasiswa saat ini harus dikonstruksi kembali atau meminjam Farid Esak adalah menggunakan teologi liberatif terhadap kaum tertindas yaitu sebuah aksi sosial yang dilakuan secara sistematis dan terarah, tidak bersembunyi dibalik tirai ekslusifisme namun sekali lagi harus membumi.
***
1 Selengkapnya (www.bemumm.blogspot.com)

Tidak ada komentar: