Rabu, 16 September 2009

Bila Hati Bercahaya



Adakah diantara kita yang merasa mencapai sukses hidup karena telah berhasil meraih segalanya : harta, gelar, pangkat, jabatan, dan kedudukan yang telah menggenggam seluruh isi dunia ini? Marilah kita kaji ulang, seberapa besar sebenarnya nilai dari apa-apa yang telah kita raih selama ini.

Di sebuah harian pernah diberitakan tentang penemuan baru berupa teropong yang diberi nama telescope Hubble. Dengan teropong ini berhasil ditemukan sebanyak lima milyar gugusan galaksi. Padahal yang telah kita ketahui selama ini adalah suatu gugusan bernama galaksi bimasakti, yang di dalamnya terdapat planet-planet yang membuat takjub siapa pun yang mencoba bersungguh-sungguh mempelajarinya. Matahari saja merupakan salah satu planet yang sangat kecil, yang berada dalam gugusan galaksi di dalam tata surya kita. Nah, apalagi planet bumi ini sendiri yang besarnya hanya satu noktah. Sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lima milyar gugusan galaksi tersebut. Sungguh alangkah dahsyatnya.

Sayangnya, seringkali orang yang merasa telah berhasil meraih segala apapun yang dirindukannya di bumi ini – dan dengan demikian merasa telah sukses – suka tergelincir hanya mempergauli dunianya saja. Akibatnya, keberadaannya membuat ia bangga dan pongah, tetapi ketiadaannya serta merta membuat lahir batinnya sengsara dan tersiksa. Manakala berhasil mencapai apa yang diinginkannya, ia merasa semua itu hasil usaha dan kerja kerasnya semata, sedangkan ketika gagal mendapatkannya, ia pun serta merta merasa diri sial. Bahkan tidak jarang kesialannya itu ditimpakan atau dicarikan kambing hitamnya pada orang lain.

Orang semacam ini tentu telah lupa bahwa apapun yang diinginkannya dan diusahakan oleh manusia sangat tergantung pada izin Allah Azza wa Jalla. Mati-matian ia berjuang mengejar apa-apa yang dinginkannya, pasti tidak akan dapat dicapai tanpa izin-Nya. Laa haula walaa quwwata illaabillaah! Begitulah kalau orang hanya bergaul, dengan dunia yang ternyata tidak ada apa-apanya ini.

Padahal, seharusnya kita bergaul hanya dengan Allah Azza wa Jalla, Zat yang Maha Menguasai jagat raya, sehingga hati kita tidak akan pernah galau oleh dunia yang kecil mungil ini. Laa khaufun alaihim walaa hum yahjanuun! Samasekali tidak ada kecemasan dalam menghadapi urusan apapun di dunia ini. Semua ini tidak lain karena hatinya selalu sibuk dengan Dia, Zat Pemilik Alam Semesta yang begitu hebat dan dahsyat.

Sikap inilah sesungguhnya yang harus senantiasa kita latih dalam mempergauli kehidupan di dunia ini. Tubuh lekat dengan dunia, tetapi jangan biarkan hati turut lekat dengannya. Ada dan tiadanya segala perkara dunia ini di sisi kita jangan sekali-kali membuat hati goyah karena toh sama pahalanya di sisi Allah. Sekali hati ini lekat dengan dunia, maka adanya akan membuat bangga, sedangkan tiadanya akan membuat kita terluka. Ini berarti kita akan sengsara karenanya, karena ada dan tiada itu akan terus menerus terjadi.

Betapa tidak! Tabiat dunia itu senantisa dipergilirkan. Datang, tertahan, diambil. Mudah, susah. Sehat, sakit. Dipuji, dicaci. Dihormati, direndahkan. Semuanya terjadi silih berganti. Nah, kalau hati kita hanya akrab dengan kejadian-kejadian seperti itu tanpa krab dengan Zat pemilik kejadiannya, maka letihlah hidup kita.

Lain halnya kalau hati kita selalu bersama Allah. Perubahan apa saja dalam episode kehidupan dunia tidak akan ada satu pun yang merugikan kita. Artinya, memang kita harus terus menerus meningkatkan mutu pengenalan kita kepada Allah Azza wa Jalla.

Di antara yang penting yang kita perhatikan sekiranya ingin dicintai Allah adalah bahwa kita harus zuhud terhadap dunia ini. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia, niscaya Allah mencintainya, dan barangsiapa yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia mencintainya."

Zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tangan kita. Bagi orang-orang yang zuhud terhadap dunia, sebanyak apapun yang dimiliki sama sekali tidak akan membuat hati merasa tentram karena ketentraman itu hanyalah apa-apa yang ada di sisi Allah.

Rasulullah SAW bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan di dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah." (HR. Ahmad, Mauqufan)

Andaikata kita merasa lebih tentram dengan sejumlah tabungan di bank, maka berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seharusnya kita lebih merasa tentram dengan jaminan Allah. Ini dikarenakan apapun yang kita miliki belum tentu menjadi rizki kita kalau tidak ada izin Allah.

Sekiranya kita memiliki orang tua atau sahabat yang memiliki kedudukan tertentu, hendaknya kita tidak sampai merasa tentram dengan jaminan mereka atau siapa pun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali dengan izin Allah.

Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak menjadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita.jangan ukur kemuliaan seseorang dengan adanya dunia di genggamannya. Sebaliknya jangan pula meremehkan seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita tidak menghormati seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita menghormati seseorang karena kedudukan dan kekayaannya, kalau meremehkan seseorang karena ia papa dan jelata, maka ini berarti kita sudah mulai cinta dunia. Akibatnya akan susah hati ini bercahaya disisi Allah.

Mengapa demikian? Karena, hati kita akan dihinggapi sifat sombong dan takabur dengan selalu mudah membeda-bedakan teman atau seseorang yang datang kepada kita. Padahal siapa tahu Allah mendatangkan seseorang yang sederhana itu sebagai isyarat bahwa Dia akan menurunkan pertolongan-Nya kepada kita.

Hendaknya dari sekarang mulai diubah sistem kalkulasi kita atas keuntungan-keuntungan. Ketika hendak membeli suatu barang dan kita tahu harga barang tersebut di supermarket lebih murah ketimbang membelinya pada seorang ibu tua yang berjualan dengan bakul sederhananya, sehingga kita mersa perlu untuk menawarnya dengan harga serendah mungkin, maka mulailah merasa beruntung jikalau kita menguntungkan ibu tua berimbang kita mendapatkan untung darinya. Artinya, pilihan membeli tentu akan lebih baik jatuh padanya dan dengan harga yang ditawarkannya daripada membelinya ke supermarket. Walhasil, keuntungan bagi kita justru ketika kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain.

Lain halnya dengan keuntungan diuniawi. Keuntungan semacam ini baru terasa ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain. Sedangkan arti keuntungan bagi kita adalah ketika bisa memberi lebih daripada yang diberikan oleh orang lain. Jelas, akan sangat lain nilai kepuasan batinnya juga.

Bagi orang-orang yang cinta dunia, tampak sekali bahwa keuntungan bagi dirinya adalah ketika ia dihormati, disegani, dipuji, dan dimuliakan. Akan tetapi, bagi orang-orang yang sangat merindukan kedudukan di sisi Allah, justru kelezatan menikmati keuntungan itu ketika berhasil dengan ikhlas menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain. Cukup ini saja! Perkara berterima kasih atau tidak, itu samasekali bukan urusan kita. Dapatnya kita menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain pun sudah merupakan keberuntungan yang sangat luar biasa.

Sungguh sangat lain bagi ahli dunia, yang segalanya serba kalkulasi, balas membalas, serta ada imbalan atau tidak ada imbalan. Karenanya, tidak usah heran kalau para ahli dunia itu akan banyak letih karena hari-harinya selalu penuh dengan tuntutan dan penghargaan, pujian, dan lain sebagainya, dari orang lain. Terkadang untuk mendapatkan semua itu ia merekayasa perkataan, penampilan, dan banyak hal demi untuk meraih penghargaan.

Bagi ahli zuhud tidaklah demikian. Yang penting kita buat tatanan kehidupan ini seproporsional mungkin, dengan menghargai, memuliakan, dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Inilah keuntungan-keuntungan bagi ahli-ahli zuhud. Lebih merasa aman dan menyukai apa-apa yang terbaik di sisi Allah daripada apa yang didapatkan dari selain Dia.

Walhasil, siapapun yang merindukan hatinya bercahaya karena senantiasa dicahayai oleh nuur dari sisi Allah, hendaknya ia berjuang sekuat-kuatnya untuk mengubah diri, mengubah sikap hidup, menjadi orang yang tidak cinta dunia, sehingga jadilah ia ahli zuhud.

"Adakalanya nuur Illahi itu turun kepadamu," tulis Syaikh Ibnu Atho’illah dalam kitabnya, Al Hikam, "tetapi ternyata hatimu penuh dengan keduniaan, sehingga kembalilah nuur itu ke tempatnya semula. Oleh sebab itu, kosongkanlah hatimu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Allah akan memenuhinya dengan ma’rifat dan rahasia-rahasia."

Subhanallaah, sungguh akan merasakan hakikat kelezatan hidup di dunia ini, yang sangat luar biasa, siapapun yang hatinya telah dipenuhi dengan cahaya dari sisi Allah Azza wa Jalla. "Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing (seorang hamba) kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki ..." (QS. An Nuur [24] : 35).

sumber : MQ File

Diam Itu Emas


Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.

1. Jenis-jenis Diam
Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:

a. Diam Bodoh
Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada http://www.blogger.com/img/blank.gifmemaksakan diri bicara sok tahu.

b. Diam Malas
Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

c. Diam Sombong
Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.

d. Diam Khianat
Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

e. Diam Marah
Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jauh lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif)
Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa dengan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besardibanding dengan berbicara.
 

2. Keutamaan Diam Aktif

a. Hemat Masalah
Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa
Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang
Dengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak
Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul
Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa
Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.

Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:
1. Diam dari perkataan dusta
2. Diamdari perkataan sia-sia
3. Diam dari komentar spontan dan celetukan
4. Diam dari kata yang berlebihan
5. Diam dari keluh kesah
6. Diam dari niat riya dan ujub
7. Diam dari kata yang menyakiti
8. Diam dari sok tahu dan sok pintar

Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat tauhiid "laa ilaha illallah" puncak perkataan yang menghantarkan ke surga. Aamiin.

sumber : MQ File

  Buah Kebeningan Hati



 
Saudara-saudaraku, sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.

Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini.

Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari kata-kata yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya, subhanallah. Setiap butir kata yang keluar dari lisannya yang telah tertata dengan baik ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan mamfaat. Tutur katanya bernas dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain.

Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, ketegangan berkurang,dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan untuk berbuat banyak kepada umat.

Orang yang bening hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak ada waktu untuk berpikir jelek sedetik pun jua. Apalagi berpikir untuk menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya dalam menjalani setiap detik yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang berbening hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas pemikiran. Subhanallah, bening hati ternyata telah membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal pikirannya.

Walhasil, orang yang telah tertata hatinya adalah orang yang telah berhasil merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan tidak mengherankan ketika ia menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat mengesankan. Hatinya yang bersih membuat terpancar darinya akhlak yang indah mempesona, rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa akan merasa kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu akan memperoleh aneka mamfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun, orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan.

Dan, Subhanallah, lebih dari semua itu, kebeningan hatipun ternyata dapat membuat hubungan dengan Allah menjadi luar biasa mamfaatnya. Dengan berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula do’a-do’anya menjadi luar biasa mustajabnya. Mustajabnya do’a tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar.

Pendek kata orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya, luar biasa bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat kelak. Tidak rindukah kita memiliki hati yang bersih?

Silahkan bandingkan dengan orang yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk, semrawut, dan kusut masai. Wajahnya bermuram durja, kusam, dan senantiasa tampak resah dan gelisah. Kata-katanya bengis, kasar, dan ketus. Hatinya pun senantiasa dikotori buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain bahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan. Tak berlebihan bila perilakunya pun menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku terhormat, lebih dari itu, badannya pun menjadi mudah terserang penyakit. Penyakit buah dari kebusukan hati, buah dari ketegangan jiwa, dan buah dari letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah kehidupan. Selain itu, akal pikirannya pun menjadi sempit dan bahkan lebih banyak berpikir tentang kezhaliman.

Oleh karenanya, bagi orang yang busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk bertambah ilmu. Segenap waktunya habis hanya digunakan untuk memuntahkan ketidaksukaannya kepada orang lain. Tidak mengherankan bila hubungan dengan Allah SWT pun menjadi hancur berantakan, ibadah tidak lagi menjadi nikmat dan bahkan menjadi rusak dan kering. Lebih rugi lagi, ia menjadi jauh dari rahmat Allah. Akibatnya pun jelas, do’a menjadi tidak ijabah (terkabul), dan aneka masalah pun segera datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada Allah).

Ternyata hanya kerugian dan kerugian saja yang didapati orang berhati busuk. Betapa malangnya. Pantaslah Allah SWT dalam hal ini telah mengingatkan kita dalam sebuah Firman-Nya : "Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (Q.S. Asy-Syam [91] : 9 – 10).

Ingatlah saudaraku, hidup hanya satu kali dan siapa tahu tidak lama lagi kita akan mati. Marilah kita bersama-sama bergabung dalam barisan orang-orang yang terus memperbaiki diri, dan mudah-mudahan kita menjadi contoh awal bagaimana menjadikan hidup indah dan prestatif dengan bening hati, Insya Allah.

sumber : MQ File

Senin, 07 September 2009

Imam Hasan Al-Banna




Allah SWT berfirman:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)“. (Al-Ahzab:23)

Sejarah telah mencatat para generasi dakwah Islam di era modern Iakan banyak pahlawan, dan hal tersebut telah terjadi, dan akan terus terjadi dari mereka yang memiliki sikap dan prinsip dengan tetap berpegang teguh pada manhaj Islam yang benar dan lurus, jika boleh dikatakan: bahwa mereka mampu mencapi puncak hingga peringkat sebagai pengemban dan pembawa manhaj ilahi dari generasi pertama umat Islam, dan tugas dari gerakan Islam adalah mengenang para pahlawannya dan mengapresiasi para syuhada di jalannya; sehingga kelak mereka menjadi panutan yang dapat memberikan pencerahan dan petunjuk bagi generasi dakwah setelahnya, dan setiap orang yang mengambil jalan ini.

Siapakah Hasan Al-Banna?

Beliau adalah Hassan Ahmad Abdul Rahman al-Banna, lahir di kota Al-Mahmudiya, di bagian Delta Nil Provinsi Buhaira, Mesir, pada hari Ahad, tanggal 25 Sya’ban tahun 1324, bertepatan dengan tanggal 14 Oktober tahun 1906. Beliau termasuk dalam keluarga pedesaan yang sederhana dari kebanaykan bangsa Mesir lainnya sebagai petani di sebuah desa Delta yang disebut dengan desa “Syamsyirah” [dekat dengan pantai kota Rasyid berhadapan dengan kota Idvina, bagian dari kota Fawah, Propinsi Al-Buhaira].

Kakeknya bernama Abdul Rahman, beliau adalah seorang petani dari keluagra sederhana, namun orang tua Hasan Al-Banna, Syeikh Ahmad tumbuh – sebagai anak bungsu- jauh dari aktivitas bertani; karena keinginan dari ibunya, sehingga beliau ikut dalam belajar dan menghafal Al-Qur’an dan mempelajari hukum-hukum tajwid Al-Quran, dan kemudian belajar hukum syariah di Masjid Ibrahim Pasha di Alexandria, dan disaat menempuh pendidikan, beliau ikut bekerja di sebuah toko terbesar bagian refarasi jam di Alexandria, sehingga setelah itu beliau memiliki keahlian dalam memperbaiki jam dan berdagang, dan dari sinilah beliau terkenal dengan panggilan “As-sa’ati”

Selain itu, Orang tua Al-Banna juga memiliki keahlian dan menjadi bagian dari ulama hadits karena beliau pandai di bidang tersebut, sebagaimana beliau banyak melakukan aktivitas dalam mempelajari dan mengajar sunnah nabawiyah terutama kitab yang terkenal “al-fathu Robbani fi tartiibi musnad imam Ahmad bin Hambal As-Syaibani”, dan dalam kehidupan seperti itulah tumbuh “Hassan al-Banna” mencetak banyak karakter darinya.

Awal Perjalanan

Hassan al-Banna memulai pendidikannya di sekolah tahfizhul Qur’an di Al-Mahmudiyah, dan mampu mentransfer ilmu dari banyak penulis sehingaa orang tuanya mengirim beliau kepada para penulis di dekat kota Al-Mahmudiyah. Namun waktu yang beliau tempuh di tempat para penulis sangat padat sehingga tidak mampu menyempurnakan hafalan Al-Qur’an; oleh karena terikat dengan peraturan para penulis, dan pada akhirnya beliau tidak mampu meneruskannya, lalu melanjutkan pendidikannya di sekolah tingkat SMP, meskipun ada pertentangan dari ayahnya, karena beliau sangat antusias terhadap dirinya untuk bisa menjadi penghafal Al-Qur’an, dan tidak setuju anaknya masuk sekolah SMP kecuali setelah bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di rumahnya.

Setelah menyelesaikan sekolah SMP beliau masuk ke sekolah “Al-Mu’allimin Al-Awwaliyah” di Damanhour, dan pada tahun 1923 masuk kuliah di Fakultas Dar El-Ulum di Kairo dan lulus pada tahun 1927, dan selain itu, beliau juga mampu meraih lebih ilmu-lainnya dari ilmu-ilmu yang diterima pada saat kuliah, terutama pada kurikulum pendidikan yang diberikan saat itu; seperti pelajaran ilmu al-hayah, sistem pemerintahan, ekonomi politik, sebagaimana beliau menerima pelajaran tentang bahasa, sastra, hukum, geografi dan sejarah, sehingga dengan itu semua, membuat beliua matang dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Beliau memiliki perpustakaan yang besar dan luas dirumahnya, di dalamnya terdapat ribuan buku, yang berisi tentang buku-buku yang terkait dengan tema yang tersebut diatas, dan ditambah dengan adanya empat belas jenis majalah dari majalah mingguan yang diterbitkan di Mesir seperti majalah al-muqtatof, majalah al-fath, majalah Al-Manar dan lain-lainnya, dan hingga saat ini perpustakaan beliau masih ada di bawah pengawasan anaknya ustadz ” “Saif al-Islam”.

Al-Banna menjalankan hidupnya selama 19 tahun sebagai guru sekolah dasar di Ismailia, dan kemudian di Kairo, dan ketika beliau mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai guru pada tahun 1946 beliau telah mendapat level kelima untuk menjadi PNS, setelah itu beliau bekerja di surat kabar harian “Ikhwanul Muslimin”, dan kemudian beliau menerbitkan majalah bulanan sendiri yang bernama “As-Syihab” yang di mulai pada tahun 1947; hal tersebut dilakukan agar dirinya dapat mandiri dan sebagai sumber mata pencaharian, namun akhirnya majalah tersebut dibredel oleh karena dibubarkannya jamaah ikhwanul muslimin pada tanggal 8 Desember 1948.

Pengaruh dan dampak

Syeikh Hassan al-Banna, menerima banyak pengaruh dari beberapa ulama besar dan para guru, termasuk ayahnya sendiri, Syeikh Ahmed dan Syeikh Mohammed Zahran – pemilik majalah Al-Is’ad dan pemilik sekolah Ar-Rasyad, yang mana Hasan Al-Banna terdaftar di sekolah saat beliau menetap beberapa tahun di Mahmudiyah – begitupun Syeikh Tantawi Jauhari, penyusun kitab tafsir Al-Qur’an “Al-Jawahir”, dan beliau juga menjadi pemimpin redaksi koran yang diterbitkan pertama kali oleh Ikhwanul Muslimin pada tahun 1933, setelah lulus dari Dar el-ulum tahun 1927, Hasan Al-Banna menjadi guru pada salah satu sekolah dasar di kota Ismailiyah, dan berikutnya tahun 1928 mendirikan jamaah Ikhwanul Muslimin, tapi sebelum pendiriannya beliau telah banyak terlibat dalam sejumlah asosiasi dan kelompok agama, seperti “Jam’iyah Al-Adab Al-Akhlaqiyah”, dan “Jam’iyah Man’u Al-Muharramat” di Mahmudiya, dan “At-Tariqah Al-Hashofiyah” sebuah aliran tasawuf di Damanhour, sebagaimana beliau juga ikut berpartisipasi dalam pendirian jamaah Syubbanul Muslimin pada tahun 1927 dan beliau merupakan salah satu anggotanya. Yaitu, Setelah jamaah Ikhwanul Muslimin yang didirikannya telah tumbuh, berkembang dan tersebar di berbagai segmen masyarakat dan kota, bahkan pada akhir tahun empatpuluhan ikhwanul Muslimin telah menjadi kekuatan organisasi sosial-politik yang terstruktur di Mesir, juga telah memiliki cabang yang banyak yang tersebar di berbagai negara-negara Arab dan Islam.

Imam Al-Banna selalu menegaskna bahwa jamaah yang diririkannya bukan merupakan partai politik, tetapi merupakan kesatuan ide dari berbagai nilai-nilai perbaikan, dan berusaha untuk kembali kepada Islam yang benar dan bersih dan menjadikannya sebagai manhaj yang komprehensif untuk kehidupan.

Adapun manhaj perbaikan yang beliau lakukan adalah dengan cara “Tarbiyah” dan “progresif ” dalam melakukan perubahan yang diinginkan, dan inti dari manhaj yang diinginkan itu adalah membentuk “individu Muslim” lalu “Keluarga Islam”, “komunitas Muslim”, lalu “Pemerintahan Islam”, “Negara, dan khilafah Islam dan akhirnya mencapai pada “ustadziyatul alam” .

Imam Al-Banna memimpin jamaah Ikhwanul Muslimin selama dua periode [1928-1949], dan dalam kepemimpinannya banyak berhadapan dengan peperangan politik dengan pihak lain, khususnya partai Al-Wafd dan partai Al-Saadi. Adapun sebagian besar aktivitas dari Al-Ikhwan terfokus pada permasalahan di lapangan nasional Mesir yang terpuruk setelah pecah Perang Dunia II, dan pada saat itu beliau mengajak Mesir untuk keluar dari sterling blok sehingga dapat memberi tekanan pada Inggris untuk menanggapi permintaan nasional Mesir. Dalam konteks ini, Ikhwanul Muslimin mengadakan konferensi-konferensi, dan melakukan demonstrasi untuk menuntut hak-hak negara, juga memiliki serangkaian politik assassinations terhadap tentara dan pasukan Inggris, terutama di Terusan Suez.

Dan Al-Banna juga mengutamakan perhatiannya secara khusus terhadap isu Palestina, dan menganggapnya sebagai “Persoalan seluruh dunia Islam” dan beliau selalu menegaskan bahwa “Inggris dan orang-orang Yahudi tidak akan memahami kecuali hanya satu bahasa, yaitu bahasa revolusi, kekuatan dan darah”, beliau mengakui fakta adanya aliansi Barat Zionis terhadap Islam. Beliau juga mengajak untuk melakukan penolakan terhadap konsensus pemisahan dan pembagian negeri Palestina yang dikeluarkan oleh PBB tahun 1947, dan mengajak kepada seluruh umat Islam secara umum – dan Ikhwanul Muslimin secara khusus – untuk melakukan jihad di tanah Palestina demi mempertahankan tanah Arab dan Muslim, beliau berkata: “Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin akan mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk mempertahankan setiap jengkal dari bumi Palestina Islam dan Arab sehingga Allah mewarisi bumi ini dan orang-orang yang bersamanya “. Dan akhirnya pada tanggal 6 Mei 1948 Lembaga Pendiri Ikhwanul Muslimin mengeluarkan keputusan yang menegaskan jihad suci melawan Yahudi sang agresor, untuk itu Al-Banna mengirim brigade Mujahidin dari Ikhwanul Muslimin ke Palestina dalam perang tahun 1948. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Mesir melikuidasi jamaah Ikhwanul Muslimin pada bulan Desember tahun 1948; sehingga, menyebabkan terjadinya bentrokan antara Ikhwanul Muslimin dan Pemerintah An-Nakrasyi.

Al-Banna memiliki pendapat yang tepat dan wawasan yang luas terhadap qadhiyah an-nahdhah (masalah kebangkitan) yang mampu membuat sibuk umat Islam sejak dua abad sebelumnya dan hingga sekarang masih didengungkan. Beliau menghubungkannya dengan masalah kemerdekaan dari kolonialisme dan ketergantungan pada Eropa dari satu sisi, dan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang harus dicapai oleh umat Muslim pada sisi yang lain, dan beliau mengatakan: “Kita tidak akan mampu melakukan perbaikan dan kita tidak bisa menerapkan konsep perbaikan secara internal selama kita belum merdeka dari intervensi dan campur tangan asing” Beliau juga mengatakan: “Tidak ada kebangkitan tanpa ilmu pengetahuan dan apa yang diraih oleh orang kafir -dalam menjajah- adalah karena dengan ilmu “, beliau melihat bahwa ketergantungan umat Islam pada Eropa terhadap tradisi dan kebiasaan-kebiasaannya dapat menghalangi kemerdekaan dan kebangkitan mereka, beliau berkata: “Bukankah sebuah paradoks yang aneh, kita meninggikan suara menuntut untuk merdeka dari Eropa dan melakukan protes keras terhadap segala tindak tanduknya, sementara di pihak lain kita meng agungkan tradisi-tradisinya dan terbiasa dengan adat-adatnya, dan bahkan kita lebih memilih produk-produknya?

Sebagaimana beliau juga melihat bahwa persoalan perempuan merupakan salah satu permasalahan sosial paling penting; karena itu, karena itu -sejak awal didirikannya Ikhwanul Muslimin- beliau banyak memberikan perhatian terhadap permasalahan kaum perempuan, beliau membuat bagian khusus yang disebut dengan “Akhwat Muslimat”. Dan beliau selalu menekankan bahwa Islam telah memberikan kepada perempuan hak-hak pribadi, sipil dan politik, dan pada saat yang bersamaan, Islam juga meletakkan kaidah-kaidah yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam penerapan hak-hak tersebut

Namun Imam Al-Banna tidak hanya menyeru untuk mendirikan sebuah sistem pemerintahan keagamaan teokratis dengan pengertian yang dikenal oleh Eropa pada abad pertengahan, namun beliau menyeru untuk menerapkan hukum Islam berdasarkan aturan dari syura, kebebasan, keadilan dan kesetaraan.

Dan beliau menerima dengan lapang bentuk konstitusional undang-undang parlemen, dan menganggap lebih dekat sistem pemerintahan di seluruh dunia terhadap Islam, dan beliau melihat bahwa jika formula tersebut diterapkan, maka dipastikan akan mampu mewujudkan tiga prinsip yang melandasi aturan Islam; yaitu “tanggungjawab pemimpin, kesatuan umat dan penghargaan terhadap kehendaknya”.

Terbunuhnya Sang Imam

lokasi: Kairo, di distrik Al-Himliyah. Waktu: Pertengahan malam tanggal 12 Februari 1949. Kronologi: terdapat beberapa kendaraan polisi melaju di tengah keheningan malam, hingga mencapai pada salah satu jalan di distrik Al-Hilmiyah, Kairo, mereka bertugas menghentikan kendaraan yang melaju di jalan tersebut, beberapa tentara memblokade jalan dengan senjata lengkap,dan penjagaan diperketat terutama di sebuah rumah sederhana di yang ada di jalan tersebut, lalu sebuah mobil polisi melaju menuju rumah tersebut, satu barisan tentara memindahkan mayat dari mobil ke rumah tersebut dengan cepat, lalu mengetuk pintu yang ada di atasnya, seorang Syeikh berumur sembilan puluhan tahun membuka, lalu beberapa tentara masuk ke rumah tersebut sebelum mereka memasukkan tubuh yang sudah mati tersebut untuk mengkonfirmasi tidak ada orang lain di rumah tersebut, ultimatum yang keras disampaikan kepda syekh tersebut; tidak boleh ada suara, tidak boleh ada kegaduhan, dan bahkan tidak boleh ada seorangpun yang boleh mengurus mayat tersebut, cukup anda dan keluarta yang ada di rumah, dan tepat jam sembilan esok pagi beliau harus dimakamkan.

Adapun Syeikh tersebut adalah orang tua almarhum, meskipun ia terketut, sekalipun ia sudah tua, dirinya mampu memakamkan anaknya sendirian, beliau membersihkan darah anaknya yang terkena peluru dan mendarat di sekujur tubuhnya.

Pada pagi harinya, petugas datang tepat waktu, mereka berkata: bawa sini anakmu untuk segera dikubur. Maka syeikh yang sudah berumur 90 tahun tersebut berseloroh: bagaimana saya membawanya? Seharusnya sebagian prajurit ikut membawanya! Namun para prajurit menolak, dan responnya adalah hendaknya orang-orang rumah yang membawanya. Saat itu almarhum meninggalkan beberapa anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang masih bayi.

Akhirnya tubuh yang sudah menjadi mayat dibawa oleh istrinya dan anak perempuannya dan dibantu oleh ayahnya, dan bagi siapa yang berani ikut membantunya maka akan ditangkap dan di penjara, akhirnya jenazah sampai ke masjid untuk di shalatkan, tidak ada yang ikut menyolatkannya kecuali ayahnya dan dibelakangnya anaknya (istri sang imam) dan anak-anak perempuan dari keturunannya, dan mereka juga yang turun ke kubur, lalu kembali ke rumah dengan penjagaan yang super ketat, demikian kronologi pembunuhan dan prosesi pemakaman As-Syahid Imam “Hassan al-Banna”, setelah itu banyak tetangganya yang ditangkap, tidak ada alasan lain kecuali hanya karena mengungkapkan takziah (belasungkawa) kepada keluarga yang ditinggal, dan blokade terus berlanjut tidak hanya di rumah karena khawatir banyak yang berdatangan untuk takziya, namun juga di sekitar kuburan sang imam, karena takut ada yang berani mengeluarkan mayatnya dan mengekspos kejahatan yang telah terjadi, bahkan banyak dari pihak kepolisian disebar di beberapa masjid; untuk segera ditutup kembali setelah ibadah shalat ditunaikan, karena takut ada seseorang yang berani menshalatkannya.

Di sisi lain seorang raja negara tersebut menunda dalam merayakan ulang tahun ke 11 Februari dari 12 Februari; untuk ikut merayakan bersama orang merayakan kematian sang imam, dan salah seorang intelektual menceritakan bahwa dirinya menyaksikan salah satu perayaan di sebuah hotel di Amerika Serikat, dan ketika diceritakan alasan perayaan ini, ia dapat mengetahui bahwa perayaan tersebut dilakukan untuk mengungkapkan kegembiraan karena kematian Imam As-Syahid Hasan Al-Banna. Jika kebenaran ada pada musuh, maka sesungguhnya pusat penelitian di Prancis dan Amerika ikut berpartisipasi dalam peletakan seratus orang yang paling terpengaruh di dunia pada abad kedua puluh, dua dari dunia Arab adalah: Imam As-Syahid “Hassan al-Banna”, dan yang lainnya adalah Gamal Abdul Nasser.

Buku-buku karangan imam Hasan Al-Banna

Tidak ada yang dimiliki oleh Hassan al-Banna dari literatur buku atau karangan-karangannya kecuali berupa risalah, baik kumpulan dan cetakan dengan judul buku “Majmuah Rasail imam Hasan Al-Banna” sebagai referensi utama dalam memahami pemikiran dan manhaj Ikhwanul Muslimin secara umum. Beliau juga memiliki buku mudzakarah yang dicetak beberapa kali dengan judul “Mudzakirah da’wah wa da’iyah”, selain itu beliau juga memiliki majalah dan riset-riset kecil dalam jumlah yang besar, seluruhnya tersebar dalam koran-koran dan majalah Ikhwanul Muslimin yang dimuat pada tahun tiga puluh dan empatpuluhan tahun yang lalu.

Rahimahullah Imam As-Syahid Hasan Al-Banna
Penerjemah: Abu Ahmad (Al-Ikhwan.Net)

Syeikh Muhammad Al-Ghazali; Da’i dan Ulama Kontemporer


Ustadz Muhammad Al-Ghazali adalah seorang dai brilliant, memiliki semangat menggelora, keimanan mendalam, perasaan lembut, tekad membaja, lincah, ungkapan-ungkapan mensastra, terkesan, mengesankan, supel dan pemurah. Ini semua diketahui setiap orang yang pernah hidup bersamanya, menyertai dan bertemu dengannya.

Ia tidak suka memaksakan diri (takalluf), benci kesombongan dan sikap sok tahu, aktif mengikuti perkembangan sosial dengan segala persoalannya, ikut menyelesaikan problematika umat, mengungkap hakikat, dan mengingatkan umat tentang bencana yang ditimbulkan syaitan-syaitan manusia dan jin; baik dari Barat maupun dari Timur.

Beliau juga selalu memberi semangat kepada umat Islam untuk berjuang di jalan Allah, dan membela kaum lemah, menyadarkan mereka perihal konspirasi musuh-musuh Islam di dalam dan luar negeri, mengungkap rencana-rencana busuk mereka untuk memerangi Islam dan kaum muslimin, membongkar kebusukan Komunisme, Sekularisme, Freemasonry, Atheisme, Eksistensisme, Salibisme, dan Zionisme. Ia senantiasa mengingatkan umat tentang persekongkolan kekuatan-kekuatan jahat untuk melawan Islam dan dainya, serta menjelaskan cara melawan serangan kekuatan kufur.

“Syeikh Muhammad Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh Islam abad modern. Ia adalah dai yang sulit ditemukan tandingannya di dunia Islam saat ini. Ia jenius dan keindahan katanya menawan hati, hingga saya dapat menghafal beberapa ungkapan, bahkan beberapa lembar tulisannya, lalu mengulang teks aslinya di beberapa ceramah”. Demikian komentar DR. Yusuf Al-Qardhawi di bukunya As-Syaikh Al-Ghazali kama Araftuhu (Syaikh Al-Ghazali yang saya kenal).

Syeikh Muhammad Al-Ghazali lahir pada tanggal 22 September 1917, di kampung Naklal Inab, Ital Al-barud, Buhairah, Mesir. Di dibesarkan di keluarga agamis yang sibuk di dunia perdagangan. Ayahnya hafizh Al-Qur’an. Lalu sang anak tumbuh mengikuti jejak ayahandanya dan hafal Al-Qur’an semenjak usia sepuluh tahun.

Syeikh Muhammad Al-Ghazali menerima ilmu dari guru-guru di kampungnya. Ia masuk sekolah agama di Iskandariah dan menamatkan tingkat dasar hingga menengah atas (SMU). Kemudian pindah ke Kairo untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Ushuluddin dan mendapat ijazah pada tahun 1361/1943 M. ia mengambil spesialisasi dakwah wal Irsyad dan mendapat gelar Megister tahun 1362/1943. Para guru yang paling berpengaruh padanya saat studi ialah Syaikh Abdul Aziz Bilal, Syaikh Ibrahim Al-Gharbawi, Syaikh Abdul Azhim Az-Zarqani dan lain-lain.

Syeikh Muhammad Al-Ghazali menikah saat masih kuliah di fakultas Ushuluddin dan dikaruniai sembilan orang anak.

Aktivitas syeikh Muhammad Al-Ghazali

Setelah menyelesaikan studi, syeikh Muhammad Al-Ghazali menjadi imam dan khatib di masjid Al-Atabah Al-Khadra. Setelah itu ia mendapat banyak jabatan yang secara berurutan sebagai berikut; dewan pengawas masjid, dewan penasihat Al-Azhar, wakil dewan urusan masjid, direktur urusan masjid, direktur pelatihan, direktur dakwah wal irsyad.

Tahun 1949 syaikh Muhammad Al-Ghazali mendekam di penjara Ath-Thur selama satu tahun dan penjara Tharah tahun 1965 selama beberapa waktu.

Syeikh Muhammad Al-Ghazali menjadi dosen tamu di universitas Ummul Qura, Mekah Al-Mukarramah tahun 1971. Tahun 1981 ia ditunjuk sebagai wakil menteri, kemudian memegang jabatan ketua dewan keilmuan universitas Al-Amir Abdul Qadir Al-Jazairi Al-Islamiyah.

Awal perkenalan syeikh Muhammad Al-Ghazali dengan imam Hasan Al-Banna

Awal interaksi syeikh Muhammad Al-Ghazali dengan imam Syahid Hasan Al-Banna dikisahkan oleh ustadz Muhammad Majdzub di bukunya ulama wa mufakkirun araftuhum. Ustadz madzub mengutip ucapan Al-Ghazali: “…perkenalan itu bermula saat saya belajar di sekolah menengah (SMU) Iskandariah. Saat itu, saya punya kebiasaan menetap di Masjid Abdurrahman bin Harmuz, daerah Ra’sut tiin selepas shalat Maghrib, untuk mengulang pelajaran. Pada suatu sore, imam Al-Banna menyampaikan nasihat singkat tentang penjelasan: “Bertaqwalah kepada Allah dimana saja ikutilah setiap perbuatan buruk dengan perbuatan baik, tentu yang baik akan menghapusnya..” kata-katanya sangat berkesan dan langsung menembus ke hati yang paling dalam. Setelah mendengar nasihat itu, hatiku tertambat kepadanya. Saya tertarik kepada sosok dan pribadinya. Sejak itu, hubunganku dengannya terjalin erat. Saya senantiasa bersamanya selepas shalat Isya, di majelis yang terdiri dari tokoh-tokoh dakwah. Selanjutnya, saya meneruskan aktivitas dalam perjuangan Islam bersama dai besar ini, hingga ia syahid tahun 1949.

Pada mukadimah buku dusturul wihdah ats-tsaqafiyah lil muslimin, Muhammad Al-Ghazali berkata:”Inspirasi dan tema buku ini berasal dari Imam Hasan Al-Banna; pembaharu abad XIV hijriyah. Ia telah meletakkan prinsip yang dapat menyatukan umat, memperjelas tujuan yang samar, mengembalikan kaum muslimin kepada Al-Qur’an dan As-sunnah, serta menyingkirkan penyimpangan dan sikap santai, dengan halus dan cermat, sehingga kelemahan dan kemalasan tidak terjadi”.

Tentang mursyid am kedua Ikhwanul Muslimin, ustadz Hasan Al-Hudaibi, Muhammad Al-Ghazali menyatakan: “..Sebenarnya ia tidak pernah berupaya untuk memimpin Ikhwanul Muslimi, tetapi ikhwanlah yang minta ia menjadi pimpinan. Ketegasan dan ketegarannya berhak untuk diketahui semua orang. Ia tidak pernah berkeluh kesah atau mundur karena musibah atau ujian. Sampai usia senja ia tetap memiliki keimanan mendalam dan optimisme tinggi. Tidaklah salah bila dikatakan bahwa kesabaran yang mengokohkan imannya itu menjadikannya lebih mulia dalam pandangan saya. Musibah yang menimpa diri dan keluarganya secara bertubi-tubi tidak mengikis sifat jujurnya dalam menghukumi masalah. Bahkan, tidak membuatnya surut dari manhaj jamaah Islamiyah, malah sebaliknya. Saya menemuinya setelah berbagai musibah berlalu untuk memperbaiki hubungan dengannya”.

Komentar orang tentang syeikh Muhammad Al-Ghazali

Satu hal yang membanggakan syeikh Muhammad Al-Ghazali ialah saat menerima surat dari imam Al-Banna, padahal ia masih muda belia tahun 1945. Surat imam Al-Banna berbunyi:

“Saudaraku yang mulia, syeikh Muhammad Al-Ghazali…

Assalamu’alaiku warahmatullahi wabarakatuh.

Saya sudah membaca makalah Anda yang bertema Al-Ikhwanul Muslimin wal Ahzab di edisi akhir majalah Ikhwanul muslimin. Saya sangat kagum dengan ungkapan makalah tersebut yang ringkas, maknanya yang cermat, dan adabnya yang sopan. Seperti inilah hendaknya kalian menulis, wahai Ikhwan! Menulislah dengan dukungan hati yang tulus. Semoga Allah Ta’ala selalu bersamamu.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hasan Al-Banna.

DR. Abdus Shabur Syahin berkata: “Yang saya tulis ini adalah penghormatan bagiku, sebelum menjadi pengantar buku. Sebab, buku yang disampulnya tertulis nama ustadz Muhammad Al-Ghazali tidak lagi membutuhkan pengantar. Menurutku, ia meraih mahkota ilmu yang melimpah. Dunia telah membaca bukunya tentang Islam dan dakwah. Juga menerima karya yang belum pernah diterima dari seorangpun yang sezaman dengannya. Kita dapat mengatakan, zaman kita sekarang ini milik ustadz Muhammad Al-Ghazali.

Syeikh Al-Azhar Abdul Halim Mahmud mengakui kemuliaan dan membanggakan syeikh Muhammad Al-Ghazali dengan mengatakan: “Kita punya Muhammad Al-Ghazali yang masih hidup dan Muhammad Al-Ghazali penyusun kitab Al-Ihya”. (Yakni Muhammad Al-Ghazali dan Imam Al-Ghazali penyusun kitab Ihya Ulumuddin).

Aktivis muda Islam memperoleh manfaat dari ilmu, keberanian, keterusterangan, kejujuran dan kejelasan sikap syeikh Muhammad Al-Ghazali.

Ia punya kader di Al-Azhar Mesir, Ummul Qura di Mekah Al-Mukarramah, Fakultas syariah di Qatar, Universitas Al-Amir Abdul Qadir lil ulum Al-Islamiyah Al-Jazair, dan kader lain yang terbina melalui khutbah, kajian, ceramah, seminar, buku, makalah, pertemuan dan muktamar.

Kader syeikh Muhammad Al-Ghazali yang mencapai ribuan di penjuru dunia Islam setia pada dakwah Islam, mengibarkan bendera Islam bersama syeikh mereka dan menyebar ke berbagai penjuru untuk menyampaikan ajaran Islam, menuntun umat kepada kebaikan, keberuntungan dan kemenangan.

Di antara murid Muhammad Al-Ghazali ada yang menjadi ulama besar, antara lain Prof. DR. Yusuf Al-Qardhawi, syeikh Manna Al-Qattan, DR. Ahmad Assal dan lain-lainnya.

Karya-karya ilmiah syeikh Muhammad Al-Ghazali

Syeikh Muhammad Al-Ghazali mewariskan enam puluh buku lebih dalam berbagai tema, plus ceramah, seminar, khutbah, nasihat, kajian dan dialog yang disampaikan di Mesir maupun di luar Mesir. Khutbah yang ia sampaikan di jami’ Al-Azhar, Amr bin Al-Ash, dan khutbah Ied di lapangan Abidin serta jami’ Mahmud punya arti dan pengaruh sangat besar, sebab dihadiri ribuan pendengar.

Diantara buah karya beliau adalah:

• Minhuna na’lam

• Al-Islam wal istibdadus siyasi

• Aqidatul muslim

• Fiqhus sirah

• Khuluqul muslim

• Laisa minal Islam. Dan lain-lainnya….

Sebagian besar buku-buku beliau telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain: bahasa Inggris, Turki, Perancis, Urdu, Indonesia dan lain sebagainya.

Mayoritas penerjemah adalah murid-murid syeikh Muhammad Al-Ghazali, pengagum dan orang-orang yang mendapat manfaat dari curahan ilmunya.

Sifat-sifat syeikh Muhammad Al-Ghazali

DR. Yusuf Al-Qardhawi berkata: “Mungkin Anda berbeda pandangan dengan Al-Ghazali, atau ia berbeda pendapat dengan Anda dalam masalah-masalah kecil maupun besar, sedikit atau banyak masalah. Tapi, apabila Anda mengenalnya dengan baik, Anda pasti mencintai dan menghormatinya. Karena Anda tahu keikhlasan dan ketundukannya kepada kebenaran, keistiqamahan orientasi dan ghirah nya yang murni untuk Islam.

Memang, Muhammad Al-Ghazali temperamental. Kemarahannya meluap seperti ombak lautan yang menghanyutkan, atau seperti letusan gunung berapi yang meluluhlantakkan. Ia seperti itu karena benci kezhaliman dan kehinaan, baik pada dirinya atau orang lain, tidak suka berlaku zhalim atau dizhalimi, anti merendahkan kehormatan siapa pun dan direndahkan siapa pun, serta tidak menyukai penyimpangan, terutama bila berkedok agama. Ia akan memerangi itu semua dengan sembunyi maupun terang-terangan. Ia berani saat menyerang hal-hal yang diyakininya keliru dan pemberani saat mengakui kekeliruannya.

Pulang ke Rahmatullah

Syeikh Muhammad Al-Ghazali wafat di Riyadh, Arab Saudi, tanggal 9 Maret 1996. Jenazahnya dipindah ke Madinah Al-Munawarah untuk di makamkan di Al-Baqi’. Yang mulia Amir Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud memiliki peran penting dalam memberikan penghargaan kepada Al-Ghazali, baik saat masih hidup maupun setelah meninggal. Juga memberikan bantuan kepada keluarganya.

Semoga Allah ta’ala merahmati syeikh Muhammad Al-Ghazali, memberi balasan yang baik karena jasa-jasanya kepada kaum muslimin. Semoga Allah mengumpulkan kita dan dia bersama para nabi, shiddiqin dan para syuhada dan shalihin. Mereka adalah sebaik-baik teman.
(Al-Ikhwan.net)

Ahmad Yasin: Legenda Ciptakan Kelemahan Jadi Kekuatan Bagi Hamas


مِنَالْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا
بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. (Al-Ahzab:23)

Pembunuhan terhadap Syekh Ahmad Yasin lima tahun lalu bukan peristiwa sepintas lalu. Peristiwa itu menjadi pusat perenungan bagi seluruh pejuang kebebasan di dunia dan mengingatkan bangsa Arab dan umat Islam akan bahaya hakiki Israel di Palestina.

Gugurnya Syeikh Ahmad Yasin meningkatkan dukungan besar kepada gerakan HAMAS bukan hanya di Palestina. Bahkan dukungan bangsa Arab dan Islam semuanya. Sejak saat itu semua orang bertanya tentang HAMAS, gerakan yang mengguncang bangunan Israel, gerakan ini mulai menyebar secara drastis hingga mayoritas Palestina berafiliasi kepadanya. Jika tidak afiliasi maka mereka mendukungnya atau simpati kepada gerakan perlawanan dan ketegaran memperjuangkan prinsip-prinsip dasar Palestina dan menolak perundingan damai dengan Israel.

Gugurnya Syeikh Ahmad Yasin juga mengundang reaksi yang kebanyakan justru mengatakan bahwa darah beliau akan menjadi “bahan bakar baru” bagi perlawanan.

Syeikh Ahmad Yasin … Kelahiran dan pertumbuhan

Syeikh Ahmad Yassin lahir tahun 1936 di desa El-Gorah yang dibangun di reruntuhan kota Ashkelon yang bersejarah yang berada di Majdal Tengah ke arah utara dari Jalur Gaza sekitar dua puluh kilometer. Di tingkat SD beliau belajar di sekolah El Gorah sekolah dasar dan terus belajar sampai tingkat kelima. ” (88).

Sejak “nakbah” (malapetaka dahsyat) menimpa rakyat Palestina di tahun 1948 (dengan diproklamirkan berdirinya negara Israel) Ahmed Yasin terpaksa berhijrah bersama keluarganya ke Jalur Gaza dan menetap di kamp pengungsi Shati’ di pantai Jalur Gaza. Selama tinggal di permukiman, ia diputus dari studinya sampai tahun 1950 karena ia sibuk memberikan kontribusi keberlangsungan hidup keluarganya yang terdiri dari tujuh orang dengan bekerja di sebuah restoran di Gaza City (89).

Kemudian Syeikh melanjutkan studinya di sekolah kamp pengungsi dan menyelesaikan studinya di tingkat dasar dan persiapan tahun 1955, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Palestina yang merupakan sekolah paling bergensi di Jalur Gaza. Suasana politik di Jalur Gaza secara umum sedang bergejolak, terutama di sekolah tempatnya belajar. Pada saat itu kami bersama-sama di sekolah itu. Ia di kelas satu dan saya (penulis) di tingkat terakhir. Pada saat itu dikenal dengan Sekolah Menengah Umum – yang disebut taujihy.

Dunia Arab sedang bergejolak dengan aliran-aliran pemikiran, baik yang berhaluan nasionalis, kiri, dan Islam. Dan Gerakan Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan paling aktif di Jalur Gaza. Ia banyak didukung oleh pelajar, bahkan mereka yang berprestasi di kelas dan dipilih menjadi ketua-ketua aktifitas adalah mereka yang berafiliasi kepada gerakan Islam. (90)

Di gerakan Ikhwanul Muslimin, Ahmad Yasin menemunkan apa yang dia cari. Dakwahnya sesuai dengan keinginannya, baik dari sisi pemikiran agamanya (ideology), atau dalam hal pandangan politik, dan methodologi pendidikan untuk menyiapkan generasi pembebas Palestina, menyelematkan Al-Aqsha yang penuh berkah dari tangan para penjajah. Sang murid Ahmad Yasin melihat itu semua dan memberikan baiatnya kepada gerakan Islam ini tahun 1955. (99)

Ia mengajar bahasa Arab dan tarbiyah islamiah. Ia juga seorang penceramah di masjid-masjid Gaza, bahkan paling popular di sana karena hujjah. Ia juga dipilih menjadi Majmah Islami di Gaza.

Beliau ditangkap oleh Zionis Israel tahun 1984 karena latar belakang mereka menemukan rumahnya sebagai gudang senjata yang dibeli oleh Syeikh dari seorang agen Israel.

Ia pernah divonis penjara 13 tahun, kemudian keluar dalam proses pertukaran tawanan Tahun 1985. 17 November 1987 gerakan Islam di bawah kepemimpinannya mengeluarkan keputusan untuk “memulai aksi militer melawan entitas penjajah Zionis. Dan pada tanggal 8 Desember 1987 meletus aksi Intifadha dengan arahan Syeikh Yasin, dan sepekan setelah itu dideklarasikan Gerakan Perlawanan Islam “HAMAS”, dan pernyataan resmi pertamanya dikeluarkan 14 Desember 1987 M. Sementara pernyataan resmi pertama gerakan Fatah dan Front Rakyat dan organisasi lainnya pada 8 Januari 1988 atau satu bulan setelah mulainya intifadha.

Intensitas aksi serangan dan mogok massal yang dilakukan dan digalang HAMAS terhadap Zionis Israel semakin keras. Mereka kemudian menangkap Syeikh dan sebagian besar pimpinan HAMAS dan Ikhwanul Muslimin malam tanggal 18 Mei 1989 M. Mendekam di penjara sampai 25 September 1997 M dalam sebuah negoisasi pertukaran tawanan oleh Raja Husein dengan Israel setelah percobaan pembunuhan terhadap saudara Khalid Misy’al Kepala Maktab Siyasi HAMAS.

Syahid mengenang syahid

Dr. Asy-Syahid Abdul Aziz ar-Rantisi mengatakan, Syeikh Ahmad Yasin adalah simbol Islam yang besar ketika hidup. Dengan gugurnya, ia menjadi guru unik dan paling menonjol dalam sejarah umat yang besar. Tidak ada sejarah seperti yang diukur Syeikh Yasin, dimana pemimpin yang lemah (karena cacat fisik) mampu mengubah menjadi kekuatan. Ia adalah pemimpin yang tidak pernah percaya dengan kelemahan mutlak seharipun bagi manusia atau dengan kekuatan mutlak selama ia masih bernama makhluk”.

Rantisi yang gugur syahid sebulan setelahnya menegaskan bahwa Syeikh Yasin lah yang mengusung rakyat Palestina yang tidak berdaya untuk melawan Israel dengan batu dan pisau, kemudian dengan bom, kemudian dengan roket-roket Al-Qassam. Syeikh Yasin telah menciptakan dari kelemahan rakyat menjadi kekuatan yang kini tidak bisa diremehkan Israel dan Amerika. Akibatnya, poros teroris ini mulai merasa risau dengan kekuatan yang pernah dibuat oleh Syeikh Yasin.

Asy-syahid Rantisi menegaskan bahwa Israel salah ketika membunuh Syeikh Ahmad Yasin sebab Israel tidak pernah belajar dari masa lalu. Mereka membunuhi para nabi namun mereka gagal memadamkan cahaya yang mereka bawa. Israel tidak akan bisa mematikan cahaya dari jasad Syeikh Ahmad Yasin. Bahkan peristiwa pembunuhan ini akan memindahkan konflik kepada fase yang lebih maju.

Darah Syekh Yasin; pesan untuk bersatu

Sementara Khalid Misy’al, ketua Maktab Siyasi HAMAS menegaskan bahwa darah Syeikh Ahmad Yasin memberikan pesan untuk bersatu dan merapikan barisan. Ia menyatakan, para pejuang Palestina sudah memberikan ruh mereka untuk Allah, kemudian untuk membebaskan Palestina. Gugurnya Syeikh Ahmad Yasin akan semakin menjadikan gerakan perlawanan semakin kuat.

Ia menegaskan bahwa Israel harus tahu bahwa upaya mereka untuk mematahkan semangat rakyat Palestina akan gagal. Tindakan Israel membunuh Syeikh Ahmad Yasin menegaskan bahwa mereka hanya berfikir bagaimana melakukan kejahatan. Karenanya, Khalid Misy’al menyerukan agar rakyat Palestina bersatu di belakang perlawanan Palestina.

Hamas terus melawan

Sementara itu, Mahmod Zehar menegaskan bahwa kejahatan pembunuhan Syekh Ahmad Yasin sebelumnya sudah diprediksi. Namun itu tidak akan menyimpangkan HAMAS dan pimpinannya dari program perlawanan terhadap Israel. ia menegaskan bahwa Israel menegaskan Syeikh Yasin layak mati karena keberadaannya mengancam eksistensi mereka di kawasan. “Namun kami mengatakan bahwa Syeikh syahid di sisi Allah, ia hidup dan mendapatkan rizqi, yang mati adalah Israel dan para pemimpinnya yang melakukan kejahatan dan pembantaian terhadap rakyat Palestina,” tegas Zehar.

Darah Yasin tak akan lemahkan perlawanan

Sementara itu, Dr. Yusuf Al-Qardlawi menegaskan bahwa Darah Yasin tak akan tumpah percuma. Bahkan ia akan menjadi api dan laknat bagi Israel. Kesyahidan Syeikh Yasin tidak akan melemahkan perlawanan seperti yang dibayangkan Israel.

Ia menegaskan bahwa pembunuhan Syekh Ahmad Yasin adalah kejahatan penjajah Israel. dan Amerika ikut bertanggungjawab atas kejahatan itu. sebab Israel melakukan kejahatan dengan senjata Amerika, dana, dan dukungan mereka.

Karenanya, menurut Qardawi, Arab harus sadar dari ‘teler’ mereka dan keluar dari gua tempat tidur panjang mereka untuk menunaikan amanah terhadap saudara-saudara mereka. (bn-bsyr)
(Al-Ikhwan.net)